PENTINGNYA "HIKMAH" DALAM PENDIDIKAN

Tiga hari lalu (23/11). Menjelang gencatan senjata Palestina-(i)srael. Saya membaca berita di salah satu media internasional yang menyebutkan, sebanyak 14.532 orang meninggal dunia, dan 6.000 di antaranya adalah anak-anak. Menyedihkan!

Pada hari anak sedunia, 23 November yang lalu. Al-Azhar As-Syarif melalui akun media sosialnya turut mengingatkan warga dunia, terkait tragedi yang tengah menimpa anak-anak di Palestina. Ia juga menyerukan, untuk segera mengakhiri perang.

Tak hanya peristiwa itu yang membuat prihatin terhadapan generasi masa depan. Tidak adanya kedekatan antara ayah-ibu dan anak, dalam mendidik, ternyata punya kontribusi untuk menentukan wajah bangsa di masa depan.

Di dalam al-Qur’an. Ada banyak ayat tentang pendidikan, bagaimana seharusnya kedekatan ayah-ibu dan anak. Kisah Luqman salah satunya. Pada surat Luqman, ayat 12. Disebutkan, Allah SWT memberinya hikmah. Lalu, apa itu hikmah?

Ahli tafsir al-Qur’an, Fakhruddin ar-Razi (w 606 H), menjelaskan “hikmah,” yaitu "keselarasan antara perbuatan dengan pengetahuan." Ia melanjutkan, “siapa saja yang diberi keselarasan antara perbuatan dengan pengetahuannya, maka ia telah diberi hikmah.”

Pada QS. Luqman ayat 12, al-Qur’an menggunakan redaksi âtaynâ (آتينا) yaitu, memberi. Bukan redaksi a’taynâ (أعطينا). Yang kemudian disusul dengan kata hikmah (الحكمة) setelahnya. Sesuatu yang non materi. Hal itu tepat, karena redaksi âtaynâ mengandung makna keteguhan dan kemantapan. Berbeda dengan a’taynâ. Yang maknanya identik dengan “memberi sesuatu yang bersifat materi.

Dari surat Luqman, bisa diambil pelajaran. Wajah suatu bangsa di masa depan akan maju, mana kala hikmah dihadirkan oleh ayah-ibu dalam mendidik putra-putrinya. Dan, pendidikan secara umum. Kehadiran hikmah bisa tercermin dengan keselarasan antara ilmu dan amal. Orang yang memiliki hikmah auto akan menjadi teladan dan role model generasi penerus. Generasi muda butuh role model.

Oleh: Umer Fahmiddin, Lc, Dipl.